Sabtu, 05 November 2011

Sebuah Memori (Yang Melemahkan Kelemahanku) Bg. 1

 "Ya Allah. Ampunilah dosa-dosaku dan dosa bapak ibuku. Cintailah mereka sebagaimana mereka mencintaiku di waktu kecil" - doaku untuk mereka

       04 November 2010 - 04 November 2011. Satu tahun terlewati semenjak hari beliau dicukupkan usianya. Sebuah penggalian ingatan dalam pikiranku, tentang Ayahanda Muhamad Rawuh, seorang "arsitek kepribadian" yang menjadikanku seorang yang seperti sekarang ini. Sebelumnya belum pernah kuceritakan kisah ini pada siapapun, namun untuk mengingatkanku tentang masa itu, akhirnya kutulis di sini.
  
Sebuah Memori Ketika Semuanya Dimulai
       05 Oktober 2010. Mungkin saat itu aku masih seorang anak-anak yang bodoh. Yang tidak bisa mersakan kehadiran sebuah nikmat yang luar biasa dari tuhannua, sebuah Cinta, Pengakuan, Rasa Aman, Aktualisasi, Pemenuhan Kebutuhan, dan Kesempurnan Hidupku. Setiap pagi seusai menunaikan shalat shubuh, aku terbiasa duduk di teras sendirian, seperti seorang anak yang senang melihat cahaya matahari pagi. Pagi itu, ada hal yang berbeda dari biasanya, ayah turun dari lantai atas dan mengambil handuk untuk bergegas mandi. Keterkejutanku membuatku bertanya kepada beliau, "Ayah mau ngapain? Tumben kog mandi pagi-pagi gini?". Dengan santainya beliau menjawab, "Shalat nak.". Subhanallah, sungguh aku terkejut mendengar jawabannya. Yang aku tahu, justru ayah itu orangnya jarang sholat, tapi ada yang berbada hari itu. Aku hanya tersenyum mendengar jawabannya, karena sebenarnya itu adalah sebuah hadiah terindah untukku. Sebuah Kado yang tak terbungkus. Karena hari itu adalah hari ulang tahunku yang ke-17, aku terkejut ayah mengingatnya. Semenjak itu, ayah jadi rajin menunaikan shalat, walaupun terkadang aku melihatnya shalat sambil duduk. Terima kasih ayah untuk hari itu dan "Kado Yang Tak Terbungkus" darimu. Aku harap Allah menerima niat tulusnya, setiap amal ibadah, dan ilmu yang beliau tularkan pada kami, putra-puta beliau.

Sebuah Memori Tentang Kesalahanku
       03 November 2010. Waktu itu posisiku sama seperti tahun ini, sebagai ketua panitia Idul Adha 1431 H, planning yang kacau karena faktor eksternal, birokrasi yang banyak maunya, dan fisik yang mulai lelah. Membuat saya menjadi sangat emosional dan tempramental. Pagi itu aku masih ingat, ketika beliau hendak mengantarkanku sekolah, aku sangat bodoh waktu itu. Ayah memanggilku, "Ndra, ayo cepetan. Ntar telat lho, pokoknya kalau uda telat ayah ga mau nganterin ke BK". Mendengar itu aku marah dan menjawab seruan beliau. Ya Allah, jika saja waktu itu aku bisa memeluknya dan berbisik, "Ayah, aku capek. Aku pengen tenang yah. Maaf kalau Rendra kacau akhir-akhir ini, aku pengen cerita banyak ke Ayah". Namun hal itu tidak terjadi, sebuah memori yang menyakitiku dan aku sungguh bodoh waktu itu. :(


"Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan berbuat baiklah kepada ibu bapakmu. Jika salah seorang di antara keduanya atau dua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka jangan sekali-sekali engkau mengatakan kepada mereka perkataan "ah" dan janganlah engkau membantak keduanya dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanyadengan penuh kasih sayangdan ucapkanlah, " Wahai Tuhanku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah menyayangiku pada waktu kecil." 
Q. S. Al-Isra' : 23-24

       JIka Allah masih berikanku waktu, kan kutulis memori ini lebih jauh lagi dalam "Sebuah Memori (Yang Melemahkan Kelemahanku) Bg. 2".

4 komentar:

  1. Kesalahanmu? bukan..
    itu semua hanya jalan, dimana kali ini, episode ini, kamu yang jadi terdakwa.


    Salam sayang dari Putrie Jrs

    BalasHapus
  2. sudahlah sob kita juga bisa menenangkan kamu, ga ada gunanya kalau kita hanya merenungi yang sudah terjadi, boleh direnungi tapi jngan terlalu, yang terpenting kita bisa bangkit dengan masa lalu itu.. :)

    BalasHapus
  3. Ya begitulah kehidupan....
    orang yang beruntung adalah orang yang tidak mengulangi kesalahannya kembali....
    "selalu semangat Ngejalani Hidup ini,,semoga sehat selalu..."
    n salam kenal...

    BalasHapus

Deskripsi dunia si penulis yang terjebak dalam kesempitan berpikir, maka temukan "aku" dan patahkan ketidaklogisan ide dalam setiap tulisan si penulis. Berpikir etis. Berbuat etis. Bertanggung jawab secara etis.